Wednesday, November 9, 2011

Adakalanya, kita kesulitan untuk mengembangkan sebuah gagasan tulisan. Entah karena kehabisan amunisi, malas, atau sekian banyak alasan lain. Sayapun kerap menjumpai hambatan ini. Jika sudah demikian, maka kita hanya bisa kesal, kemudian tidak berkeinginan lagi untuk meneruskan menulis. Sayang kan? Sebenarnya, ada sebuah upaya untuk mencegah, atau setidaknya mengurangi masalah tersebut, yaitu dengan cara membuat kerangka tulisan.
Kerangka, seperti namanya, adalah sebuah bentukan belum sempurna sebuah benda yang akan berproses menjadi lebih sempurna setelah ditambah dan dipoles sedemikian rupa. Sebuah kerangka tulisan tidak bisa menjelaskan secara gamblang keseluruhan tulisan, namun dapat digunakan sebagai pemandu bagi si penulis untuk selalu menuliskan semua hal yang masih tercakup di dalam kerangka tersebut. Dengan demikian, si penulis akan dapat selalu mengontrol tulisan dan alur cerita sesuai dengan ide semula.
Membuat kerangka tulisan tidaklah sulit, meskipun juga bukan sebuah hal mudah. Pada intinya, kerangka tulisan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
  1. Pengantar/ pendahuluan
  2. Isi tulisan
  3. Pembahasan dan kesimpulan
Apakah kita mesti menggunakan tiga bagian tersebut untuk membuat sebuah kerangka tulisan? Secara umum, ya! Bagaimana kita menuliskan sebuah isi tanpa didahului dengan sebuah pengantar.
Fungsi pengantar adalah memberikan penjelasan tentang sebuah masalah (sesuai ide awal penulisan). Bagian ini biasanya dianggap sebagai bagian tulisan yang paling sulit ditulis, karena bagian inilah yang menentukan menarik tidaknya artikel yang kita tulis. Para penulis pemula biasanya kebingungan untuk menuliskan sebuah pengantar yang mengawali tulisannya. Namun, jangan kuatir, ada setidaknya empat jenis pengantar (menurut situs Freelance Writing), yaitu
  1. Kutipan. Gunakan kutipan yang mencakup tema dari artikel yang ditulis.
  2. Anekdot. Paparan tulisan yang menjelaskan sebuah cerita yang pas dengan cerita artikel.
  3. Ringkasan. Pengantar juga dapat diawali dengan menerangkan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana subjek cerita di artikel.
  4. Pernyataan kejutan. Pembaca dapat dipikat dengan menuliskan kalimat yang agak aneh atau tidak umum.
Penggunaan kutipan cukup banyak dilakukan orang untuk membuka sebuah tulisan. Misalnya,
Melihat ukuran serangga yang relatif kecil menumbuhkan keraguan akan kemampuan mereka bertahan terhadap berbagai hambatan dan gangguan dari faktor abiotik dan biotik.  Jika Anda menepuk mati seekor nyamuk, Anda tentu akan berpikir, bahwa mereka mudah sekali mati.
(Lihat kutipan tersebut di sini).
Kutipan tersebut menggiring pembaca untuk berpikir dan kemudian membenarkan pernyataan tersebut, sehingga mereka kemudian mencoba untuk mengikuti tulisan kita karena ingin mencari pendapat kita tentang pernyataan tersebut.
Menuliskan ringkasan untuk mengawali tulisan juga sering saya lakukan. Salah satunya sebagai berikut.
“Menurut ensiklopedia Encarta (2005), mimikri didefinisikan sebagai “pemiripan” atau “peniruan” secara fisik atau perilaku oleh satu spesies terhadap spesies yang lain yang menguntungkan dirinya, atau secara tidak langsung juga keduanya. Organisme yang “meniru” disebut mimik, sedangkan organisme yang “ditiru” disebut model. Di alam ini, cukup banyak jenis organisme, baik tumbuhan maupun hewan yang melakukan mimikri untuk tujuan pertahanan maupun mendapatkan pakan. Serangga adalah salah satu jenis hewan yang melakukan mimikri, dan pada banyak kasus terbukti efektif menurunkan kematian akibat pemangsaan oleh musuh alami.”
(Lihat artikel selengkapnya di sini).
Penjelasan singkat tersebut biasanya akan segera membuat pembaca merasa “ngeh” pada tulisan yang kita buat. Selanjutnya, mereka akan mengikuti paparan kita bagian demi bagian.
Bagian isi tulisan mengandung penjabaran lebih lanjut dari hal-hal yang sudah dituliskan pada pengantar, disertai dengan penjelasan dari penulis-penulis terdahulu (referensi pustaka). Pada bagian ini, kita bisa menjelaskan pula sebuah metode yang digunakan untuk “menguliti” hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan yang dituliskan di bagian pengantar, sekaligus juga beberapa hasil yang kita peroleh.
Pembahasan berisi argumen kita untuk menjelaskan hal-hal yang sudah “dipermasalahkan”  di pengantar dan dibahas oleh penulis lain di isi tulisan. Dalam bagian ini, kita dapat memberikan pandangan-pandangan atau ide-ide kita berdasarkan pada hasil-hasil yang sudah kita peroleh, ditambah dengan bahasan oleh penulis sebelumnya. Dalam hal ini, keluasan wawasan keilmuan kita diuji. Jika kita banyak membaca, sehingga wawasan ilmu kita cukup mumpuni, maka biasanya menuliskan pembahasan bukanlah hal yang cukup sulit.
Kesimpulan digunakan untuk menjelaskan secara singkat rajutan pemikiran di pengantar (pertanyaan atau ide awal), metodologi menjawab pertanyaan (di bagian isi), dan bahasan-bahasan atas hasil yang diperoleh. Kesimpulan tidak perlu panjang lebar, namun singkat, padat, dan jelas!
Kira-kira itu dulu deh! Jika masih belum jelas, silakan ikuti tulisan-tulisan di blog Majalah SERANGGA online. Semoga bermanfaat.
Salam menulis,

No comments:

Post a Comment